Ketokonazol

Indikasi:

  • Infeksi pada kulit, rambut, dan kuku (kecuali kuku kaki) yang disebabkan oleh dermatofit dan atau ragi (dermatophytosis, onychomycosis, candida perionyxixs, pityriasis versicolor, pityriasis capitis, pityrosporum, folliculitis, chronic mucocutaneus candidosis), bila infeksi ini tidak dapat diobati secara topikal karena tempat lesi tidak dipermukaan kulit atau kegagalan pada terapi topikal.
  • Infeksi ragi pada rongga pencernaan.
  • Vaginal kandidosis kronik dan rekuren kandidosis. Pada terapi lokal penyembuhan infeksi yang kurang berhasil.
  • Infeksi mikosis sistemik seperti kandidosis sistemik, paracoccidioidomycosis, histoplasmosis, coccidioidomycosis, blastomycosis.
  • Pengobatan profilaksis pada pasien yang mekanisme pertahanan tubuhnya menurun (keturunan, disebabkan penyakit atau obat), berhubungan dengan meningkatnya risiko infeksi jamur. Ketoconazole tidak dipenetrasi dengan baik ke dalam susunan saraf pusat. Oleh karena itu jamur meningitis jangan diobati dengan oral ketoconazole. 

Kontra Indikasi :

  • Penderita penyakit hati yang akut atau kronik.
  • Hipersensitif terhadap ketoconazole atau salah satu komponen obat ini.
  • Pada pemberian peroral ketoconazole tidak boleh diberikan bersama-sama dengan terfenadin, astemizol, cisaprid dan triazolam.
  • Wanita hamil.

Komposisi:

Tiap tablet mengandung ketoconazole 200 mg.

Cara Kerja Obat:

  • Ketoconazole adalah suatu derivat imidazole-dioxolane sintetis yang memiliki aktivitas antimikotik yang poten terhadap dermatofit, ragi. Misalnya Tricophyton Sp, Epidermophyton floccosum, Pityrosporum Sp, Candida Sp.
  • Ketoconazole bekerja dengan menghambat enzym "cytochrom P. 450" jamur, dengan mengganggu sintesa ergosterol yang merupakan komponen penting dari membran sel jamur.

Dosis:

Tidak boleh digunakan untuk anak dibawah umur 2 tahun.

Pengobatan kuratif:

Dewasa:
  • Infeksi kulit, gastrointestinal dan sistemik: 1 tablet (200 mg) sekali sehari pada waktu makan. Apabila tidak ada reaksi dengan dosis ini, dosis ditingkatkan menjadi 2 tablet (400 mg sehari).
  • Kandidosis vagina: 2 tablet (400 mg) sekali sehari pada waktu makan.

Anak-anak:

  • Anak dengan berat badan kurang dari 15 kg: 20 mg 3 kali sehari pada waktu makan.
  • Anak dengan berat badan 15-30 kg: 100 mg sekali sehari pada waktu makan.
  • Anak dengan berat badan lebih dari 30 kg sama dengan dewasa.
  • Pada umumnya dosis diteruskan tanpa interupsi sampai minimal 1 minggu setelah semua simptom hilang dan sampai kultur pada media menjadi negatif.

Pengobatan profilaksis:

  • 1 tablet (200 mg) sekali sehari pada waktu makan.

Lama pengobatan:

  • Kondidosis vaginal 5 hari.
  • Mikosis pada kulit yang disebabkan oleh dermatosis: kurang lebih 4 minggu.
  • Pityriasis versicolor: 10 hari.
  • Mikosis mulut dan kulit yang disebabkan oleh kandida: 2 - 3 minggu.
  • Infeksi rambut 1 - 2 bulan.
  • Infeksi kuku: 3 - 6 bulan, bila belum ada perbaikan dapat dilanjutkan hingga 12 bulan.
  • Dipengaruhi juga dengan kecepatan pertumbuhan kuku,sampai kuku yang terinfeksi diganti oleh kuku yang normal.
  • Parakoksidioidomikosis, histoplasmosis, coccidioidomycosis: lama pengobatan optimum 2 - 6 bulan.

Efek Samping

Sediaan peroral:
  • Dispepsia, nausea, sakit perut dan diare.
  • Sakit kepala, peningkatan enzim hati yang reversibel, gangguan haid, dizzines, paraesthesia dan reaksi alergi.
  • Thrombositopenia, alopecia, peningkatan tekanan "intracranial pressure" yang reversibel (seperti papiloedema, "bulging fontanel" pada bayi).
  • Impotensi sangat jarang.
  • Gynaecomastia dan oligospermia yang reversibel bila dosis yang diberikan lebih tinggi dari dosis terapi yang dianjurkan.
  • Hepatitis (kemungkinan besar idiosinkrasi) jarang terjadi (terlihat dalam 1/12.000 penderita).
  • Reversibel apabila pengobatan dihentikan pada waktunya.

Peringatan dan Perhatian:

  • Penting memberikan penjelasan kepada pasien yang diterapi untuk jangka panjang mengenai gejala penyakit hati seperti letih tidak normal yang disertai dengan demam, urine berwarna gelap, tinja pucat atau ikterus.
  • Faktor yang meningkatkan risiko hepatitis: wanita berusia di atas 50 tahun, pernah menderita penyakit hati, diketahui mempunyai intoleransi dengan obat, pemberian jangka lama dan pemberian obat bersamaan dengan obat yang mempengaruhi fungsi hati. Tes fungsi hati dilakukan pada pengobatan dengan ketoconazole lebih dari 2 minggu. Apabila telah didiagnosis sebagai penyakit hati, pengobatan harus dihentikan.
  • Fungsi adrenal harus dimonitor pada pasien yang menderita insufisiensi adrenal atau fungsi adrenal yang "border line" dan pada pasien dengan keadan stres yang panjang (bedah dasar, intensive care, dll).
  • Tidak boleh digunakan untuk anak dibawah umur 2 tahun.
  • Jangan diberikan pada wanita hamil, kecuali kemungkinan manfaatnya lebih besar dari risiko pada janin.
  • Kemungkinan diekskresikan pada air susu ibu, maka ibu yang diobati dengan ketoconazole dianjurkan untuk tidak menyusui.

Interaksi Obat:

  • Pemberian bersama-sama dengan terfenadin dan astemizol.
  • Absorpsi ketoconazole maksimal bila diberikan pada waktu makan. Absorpsinya terganggu kalau sekresi asam lambung berkurang, pada pasien yang diberi obat-obat penetral asam (antasida) harus diberikan 2 jam atau lebih setelah ketoconazole.
  • Pemberian bersama dengan rifampicin dapat menurunkan konsentrasi plasma kedua obat.
  • Pemberian bersama dengan INH dapat menurunkan konsentrasi plasma ketoconazole, bila kombinasi ini digunakan konsentrasi plasma harus dimonitor.

Overdosis:

Tidak ada indakan yang khusus yang harus diberikan. Hanya tindakan suportif yang perlu dilakukan seperti bilas lambung.

Comments

Popular posts from this blog

Pseudoefedrin

Amitriptyline

Tramadol hcl